Mengenal Eddy Lim: Bapak Esports Indonesia dan Shifu Olahraga Elektronik Tanah Air

Saut 18 Agustus 2025 12:00

AbangGame - Di dunia esports Indonesia, ada satu nama yang hampir selalu disebut dengan penuh rasa hormat: Eddy Lim. Bagi sebagian orang ia dijuluki “Bapak Esports Indonesia”, sementara komunitas memanggilnya dengan sebutan “Shifu”, guru besar yang menjadi panutan dan pembuka jalan bagi lahirnya ekosistem esports di Tanah Air. Julukan itu bukan sekadar penghormatan simbolis, melainkan lahir dari perjalanan panjang Eddy dalam membangun, mengadvokasi, sekaligus menghubungkan game online dari sekadar hobi anak warnet hingga menjadi olahraga prestasi yang diakui dunia.


Dari Komunitas Warnet ke Gerakan Nasional


Awal 2000-an, ketika game online baru merambah warnet-warnet kota besar, Eddy Lim sudah melihat potensi yang lebih besar. Saat sebagian orang masih menganggap game hanya sebagai hiburan buang-buang waktu, Eddy justru melihat peluang industri dan prestasi.


Ia mendirikan Ligagame Esports, salah satu platform paling awal yang konsisten menggelar turnamen berbasis komunitas. Dari sini lahir cikal bakal ekosistem kompetitif Indonesia. Turnamen-turnamen yang digelar Ligagame bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga wadah pembentukan mental kompetitif, sportivitas, dan semangat komunitas.

Pada periode ini pula, komunitas mulai menyebut Eddy sebagai “Shifu”, karena kiprahnya sebagai mentor, panutan, dan tokoh yang selalu memberi arahan.


Membangun IeSPA dan Esports Nasional


Langkah besar berikutnya datang ketika Eddy bersama para pegiat esports merintis wadah resmi bernama Indonesia Esports Association (IeSPA). Organisasi ini menjadi jembatan penting antara komunitas gamer dengan pemerintah, sponsor, dan federasi olahraga.


Puncaknya terjadi pada Munas IeSPA 2019 di Surabaya, di mana Eddy Lim terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum IeSPA periode 2019–2024. Dengan kepemimpinannya, IeSPA tak hanya beroperasi di dalam negeri, tetapi juga menjadi anggota International Esports Federation (IESF), Asian Electronic Sports Federation (AESF), serta terdaftar di Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan FORMI.


Eddy menekankan pentingnya persatuan komunitas. Ia pernah berkata:


“Persatuan komunitas adalah fondasi. Kalau masih tercerai-berai, esports hanya akan jadi tren sesaat.”


Infrastruktur: Esports Arena dan Visi Jangka Panjang


Tak berhenti di organisasi, Eddy juga menggagas pembangunan esports arena di Jakarta—sebuah pusat kegiatan lengkap dengan internet berkecepatan tinggi, booth kompetisi, dan panggung LAN. Baginya, infrastruktur bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga investasi jangka panjang.


“Esports bukan soal menang-kalah semata. Ini soal bagaimana membangun kultur, peluang karier, dan industri kreatif yang berkelanjutan,” ujarnya dalam sebuah kesempatan.


Diplomasi Internasional


Kiprah Eddy juga teruji di level global. Pada IESF World Championship 2023 di Rumania, ia memimpin Tim Nasional Esports Indonesia. Delegasi Tanah Air bertanding di berbagai cabang populer seperti Dota 2, CS:GO, MLBB, e-Football, hingga Tekken.


Sebagai Head of International Affairs PBESI, Eddy berperan sebagai diplomat esports: menghubungkan Indonesia dengan federasi global, memastikan suara atlet Indonesia terdengar di forum internasional, dan membuka jalan agar Indonesia dipandang sebagai salah satu kekuatan esports Asia.


Perjuangan di Asian Games 2018


Salah satu capaian bersejarah Eddy adalah ketika Asian Games 2018 Jakarta–Palembang menampilkan esports sebagai cabang ekshibisi. Kala itu, banyak yang meragukan legitimasi esports. Eddy dan IeSPA melobi agar atlet peraih medali mendapat bonus dari pemerintah, sama seperti cabang olahraga lainnya.


Meski nominalnya lebih kecil dibanding olahraga utama, keputusan itu menjadi tonggak sejarah: untuk pertama kalinya esports diakui sebagai olahraga prestasi di Indonesia.


“Yang penting bukan nominalnya, tetapi pengakuan bahwa esports punya martabat yang sama,” tegas Eddy.


Shifu yang Kritis


Sebagai tokoh, Eddy dikenal lugas dan kritis. Ia menekankan bahwa sebuah game baru bisa disebut esports bila memenuhi syarat: adil, global, kompetitif, dan bebas pay-to-win. Ia juga realistis terhadap karier gamer yang relatif singkat:


“Karier gamer itu pendek. Jangan habiskan semua untuk bermain, tapi siapkan jalan lain setelahnya.”


Eddy juga aktif mendorong inovasi lokal—dari mendukung platform kompetisi digital seperti Yamisok, hingga memperluas jejaring IeSPA ke berbagai daerah agar talenta muda memiliki wadah berkembang.


Warisan Seorang Visioner


Hari ini, esports telah menjadi tontonan arus utama dengan liga profesional, sponsor besar, dan sorotan media. Namun, jalan panjang itu tak selalu mulus. Ada masa ketika turnamen hanya berlangsung di warnet sempit, hadiah seadanya, bahkan sering dianggap hobi buang-buang waktu.


Lewat konsistensi, Eddy Lim menanam benih kompetisi komunitas, memperjuangkannya di level resmi, lalu memperluasnya ke panggung internasional. Kini, generasi gamer bisa bermimpi tampil di ajang global berkat pondasi yang ia bangun.


Tak berlebihan bila generasi hari ini menyebutnya Shifu: seorang guru yang mengajarkan filosofi disiplin, integritas, dan visi jauh ke depan.


Timeline Perjalanan Eddy Lim


2001–2004: Era Warnet dan Komunitas

Game online mulai merebak di warnet. Eddy mendirikan Ligagame Esports, membuka jalan kompetisi komunitas.


2005–2010: Menyemai Kompetisi Lokal

Ligagame rutin menggelar liga nasional. Komunitas menjulukinya Shifu.


2011–2018: Esports ke Ranah Resmi

Terlibat dalam pembentukan IeSPA.

Asian Games 2018: memperjuangkan pengakuan atlet esports.


2019: Ketua Umum IeSPA

Terpilih di Surabaya.

Membawa IeSPA ke IESF, AESF, KOI, dan FORMI.

Menggagas pembangunan esports arena.


2020–2022: Pandemi dan Digitalisasi

Mendorong kompetisi daring.

Mendukung platform Yamisok dan pengembangan liga digital.


2023: Kancah Global

Ketua Tim Nasional Indonesia di IESF World Championship Rumania.

Diplomat esports Asia melalui PBESI.


2024–2025: Konsolidasi & Diplomasi

Memperkuat jejaring internasional.

Menegaskan prinsip game kompetitif yang sehat dan berkelanjutan.


Lebih dari dua dekade perjuangan membuktikan bahwa Eddy Lim adalah figur visioner yang memandang esports bukan sekadar hiburan, melainkan ekosistem dengan nilai budaya, ekonomi, dan prestasi. Dari warnet sempit hingga forum internasional, ia menunjukkan bagaimana seorang individu bisa menjadi katalis perubahan besar.


Nama Eddy Lim akan selalu tercatat sebagai Bapak Esports Indonesia—sosok yang membuka jalan agar generasi berikutnya bisa bermimpi lebih tinggi di panggung global.

Seputar Game